Kamis, 12 April 2012

Kisah penambang emas tradisional di Timika

       Mentari baru saja bersinar namun kehidupan para pendulang emas tradisonal Timika. Dengan peralatan sederhana seperti alat saring buatan hingga kuali besar.Saat menuju ke tempat pendulangan emas bukan-lah hal yang mudah mereka harus melewati sungai selebar 50 M dan ber arus deras yang harus dilewati oleh para penambang setiap hari, meski cukup dangkal bukan perkara mudah untuk melawati arus yang deras dari sungai itu. Pendulang biasa menyebrang dengan cara berenang menggunakan plastik yang di gelembungkan yang mengapungkan mereka di sungai yang deras tersebut. Semakin siang tidak ada waktu untuk mereka istirahat karena semakin siang semakin sulit untuk mendapat-kan lebih banyak emas. Sungai Tailing di sanalah mereka mencari emas scara tradisonal. Pasir yang di kumpul-kan di dulang dalam kuali besar,jika beruntung serpihan emas akan munculdari balik pasir. Pasir-pasir yang di yakini mengandung emas selanjutnya di saring , pasir yang tersaring akan menempel di bawah alat saring yang telah di lapisi kain. Butir-butir emas yang terkumpul kemudian di bersihkan dengan cara di jemur atau di panaskan.
          Pendulangan emas dari hasil buangan ertambangan emas FREEPORT ini menjadi mata pencaharian rutin bagi warga timika, sebagian pendulang ada yang membangun tenda dan akan bertahan selama se-bulan atau lebih agar bisa mendapatkan hasil yang lebih banyak, para penambang tidak tahu apakah aliran sungai Tailin mengandung bahan kimia atau tidak. Bila sedang beruntung sang Pemburu emas tradisional ini dalam 1 bulan dapat mengumpulkan bulir emas hingga seharga 10 Juta rupiah. Inilah yang membuat mereka bertahan ,menggantungkan hidupnya menjadi pendulang emas di tanah emas mereka Timika,Papua.

1 komentar: