Senin, 16 April 2012

Sekolah Tertimpa longsor Dana Renovasi Di Korupsi KEPSEK

             Selalu ada kesempatan dalam kesempitan, tidak terkecuali saat musibah longsor datang. Tapi sayangnya kesempatan tersebut digunakan untuk mencari keuntungan pribadi. Tak ayal, Kepala SMP Negeri 1 Jenawi, Karanganyar, Jawa Tengah, Sumartono, pun harus meringkuk di penjara selama 1 tahun.

Peristiwa tersebut bermula saat terjadi tanah longsor yang mengakibatkan atap teras ruang kelas rusak dan sebagian tanah longsoran menimbun dinding kelas pada akhir 2007 silam. Akibatnya kegiatan belajar mengajar pun terganggu.

Mendapati gedung sekolahnya tertimpa longsor, selaku kepala sekolah Sumartono langsung membuat proposal renovasi gedung sebesar Rp 75 juta. Proposal yang dikirim ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) di Jakarta ini disetujui pada 28 April 2008 dan dana langsung cair.

Namun saat pembangunan telah menelan Rp 30 juta, dana pembangunan macet sehingga renovasi terbengkalai. Selidik punya selidik, sisa uang Rp 45 juta telah berpindah tangan ke kantong pribadi Sumartono. Oleh Sumartono, uang tersebut dititipkan ke saudaranya untuk modal usaha.

Mendapati pembangunan sekolah mangkrak, kepala sekolah selanjutnya, Suprianto, mengambil inisiatif menarik iuran orangtua murid mencapai Rp 25 juta. Pertimbangan Suprianto yaitu jika tidak menyelesaikan pekerjaan maka mengganggu kegiatan belajar mengajar.

Pan gulipat ini diendus pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Karanganyar. Sehingga mereka segera menerjunkan tim dan menemukan indikasi korupsi. Berkas temuan tersebut dilimpahkan ke Kejaksaan. Sumartono pun duduk di kursi pesakitan.

Pada 3 Januari 2010, PN Karanganyar menjatuhkan hukuman 1 tahun penjara dan denda Rp 50 juta, subsider 2 bulan penjara. Tidak terima, Sumartono mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Semarang tapi malah hukumannya ditambah yaitu dengan ganti rugi kepada negara Rp 45 juta. Masih tidak menerima, Sumartono lalu mengajukan upaya hukum luar biasa peninjauan kembali (PK). Di sini perjuangannya juga kandas.

"Menolak permohonan PK Sumartono," kata ketua majelis hakim PK Djoko Sarwoko dengan hakim anggota Surya Jaya dan Andi Abu Ayyub Saleh dalam putusan yang dilansir website Mahkamah Agung (MA), Selasa (17/4/2012).

Majelis hakim berkeyakinan PN Karangayar tidak salah menerapkan UU/hukum. Selain itu tidak ada bukti baru yang kuat yang bisa menjadi alasan dikabulkannya PK.

Lalu apa alasan Sumartono mengajukan PK? "Saya disuruh mengembalikan uang oleh Disdikpora Rp 45 juta, lalu belakangan disuruh diminta mengembalikan Rp 75 juta. Bagi saya, harus mengembalikan uang Rp 75 juta memberatkan saya dan keluarga," ujar Sumartono dalam putusan tersebut.

Derita Siswa UN di Dekat Kandang Sapi

Saat ujian nasional, ratusan siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bhakti Insani, Kota Bogor, Jawa Barat, tak hanya harus memeras otak. Tapi juga kesulitan mempertahankan konsentrasi di tengah bau tak tertahankan yang menimbulkan rasa mual. Mereka juga terpaksa harus menggunakan masker.

Juliana, salah seorang peserta UN SMK Bhakti Insani, mengatakan, dirinya menggunakan masker untuk menahan bau tidak sedap dari kandang sapi yang berdekatan dengan sekolahnya.

"Kami tidak tahan bau tidak sedap dari kandang sapi, sehingga kami menggunakan masker," jelasnya, kepada VIVAnews.com, Selasa, 17 April 2012.

Lebih lanjut ia mengatakan, dirinya yang sedang mengerjakan soal UN ini merasa terganggu dengan bau tak sedap itu. "Kami tidak bisa konsentrasi untuk mengisi soal UN," paparnya.

Secara terpisah, Kepala Sekolah (Kepsek) Bhakti Insani, Budiyono, mengatakan, pihaknya sudah melakukan musyawarah dengan pemilik sapi. Namun, tidak ada penyelesaian. "Kami mengharapkan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, agar menyelesaikan permasalahan bau tidak sedap di sekolah," jelasnya.

Kata dia, pihaknya siap menerima solusi yang terbaik dari Pemkot Bogor, demi kenyamanan dan ketentraman kegiatan belajar dan mengajar siswa. "Jikalau Pemkot Bogor berencana memindahkan sekolah, kami siap menerimanya asalnya yang strategis," cetusnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan, Kota Bogor, Fetty Qondarsyah, mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Peternakan Kota Bogor terkait masalah itu. "Tanpa berkoordinasi dengan dinas lain, kami tidak bisa bertindak," tegasnya.

Minggu, 15 April 2012

Oknum Polisi Menjadi Otak Perampokan Pegadaian Di Tuban


        Satu lagi kasus yang mencoreng nama kepolisian Indonesia. Polis yang bersolgan "melindungi,mengayomi dan mlayani masyarakat" ini malah membuat keresahan di publik.

Diduga menjadi otak dari aksi perampokan sebuah kantor Pegadaian di Tuban, Jawa Timur, seorang oknum polisi berinisial H harus meringkuk di ruang tahanan Mapolres.

”Untuk oknum kepolisian berinisial H akan kami tindak lanjuti, dia akan dikenakan pasal 365 karena telah menjadi otak perkara ini,” kata Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Drs Hilman Thayib, di Polres Tuban, Sabtu, 14 April 2012.



Hilman mengungkapkan, selain H, polisi juga mengamankan 4 tersangka lain yaitu Suwono (41), Indra Hidayat (25), Moch Susanto (27), dan Achmad Ali Mughofar (40).

Dari para tersangka, aparat kepolisian telah mengamankan sejumlah barang bukti berupa satu unit mobil merk Toyota, 15 paket emas berbagai jenis, satu plat nomer kendaraan dengan nomor polisi L 1845 DQ, dan satu unit sepeda motor Supra X.
Namun, Hilman mengakui, aparat polisi saat ini masih memburu dua pelaku lain yang belum berhasil ditangkap.

Informasi yang diperoleh kepolisian mengungkapkan komplotan perampok tersebut membobol kantor penggadaian yang berada di Desa Jenu, Kecamatan Jenu, Tuban pada Jumat, 13, April 2012, sekitar pukul 15.00 WIB. Dalam aksinya, para pembobol ini menggunakan senjata tajam dan senjata api untuk menodong karyawan penggadaian.

Usai mengikat dan melakban mulut karyawan pengadaian, komplotan itu membuka brangkas yang berisikan emas dan uang. Diperkirakan uang tunai senilai Rp30 juta dan hasil pembobolan lain senilai Rp2,6 miliar berhasil digasak kawanan perampok ini.

Jumat, 13 April 2012

Janji Indah Sang Calon Gubernur DKI Jakarta: Berobat gratis pemilik E-KTP

Calon Gubernur DKI Alex Noerdin mendatangi Majelis Taklim Attahiriyah, Jakarta Selatan, Sabtu, 14 April 2012. Didampingi istrinya, Sri Eliza Alex Noerdin, kandidat yang juga Gubernur Sumatera Selatan itu menyampaikan sambutan dalam acara pengajian ibu-ibu majelis taklim itu.

Di hadapan dua ribu peserta pengajian, Alex memperkenalkan dirinya dan minta doa restu untuk bersaing merebut kursi DKI-1. Alex memaparkan salah satu programnya bila menang.

"Membebaskan pelajar sekolah dan madrasah dari biaya iuran komite sekolah," kata cagub yang diusung oleh Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Damai Sejahtera. Dia juga menyampaikan program berobat gratis bagi warga yang memiliki e-KTP DKI Jakarta.

"Membebaskan seluruh warga DKI Jakarta dari biaya pengobatan untuk segala jenis penyakit untuk penyembuhan," janji Alex. Alex berpidato selama sepuluh menit, ia yang mengenakan kemeja putih kemudian langsung meninggalkan tempat acara.

Selain sambutan, tim Alex juga menyebarkan brosur berisi profil dan program ber-tagline "3 tahun bisa! Kalau Gagal Kami Mundur." Dalam bursa pilkada DKI, Alex didampingi cawagub Nono Sampono yang juga mantan Komandan Pasukan Pengamanan Presiden.

KPU telah menerima enam pasangan bakal calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (cawagub). Dua pasangan berasal dari jalur perseorangan yakni Faisal Basri-Biem Benyamin dan Hendardji Soepandji. Sementara empat pasangan berasal dari partai politik (parpol) dan gabungan dari parpol.

Empat pasangan calon yang diusung partai politik yaitu Alex Noerdin-Nono Sampono; Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli didukung oleh Partai Demokrat, PAN, PDS, Hanura, dan PKB; dan pasangan Hidayat Nur Wahid dan Didik J. Rachbini dari PKS

Kisah Nenek Buta 90 Tahun Pemain Kentrung

Suratih, (90), asal Desa Mbatih, Kecamatan Bangilan, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, nasibnya memprihatinkan. Nenek buta tersebut demi menyambung hidupnya tetap bertahan sebagai pemain musik gendang.

 Meski musik kentrung yang dilakoninya sejak muda ini kian tergerus oleh musik modern, dia tetap nekat mempertahankannya. Suratih merasa, musik warisan leluhur ini harus tetap dilestarikan.

Saat bermain di peringatan hari pers di Tuban, Sabtu 3 Maret 2012, bunyi gendang yang dipukul janda yang tidak punya keturunan tersebut suaranya terdengar merdu di telinga. Suratih memainkan musik kentrung itu ditemani dua rekannya, Wiji (70) dan Satri (70). Wiji memegang alat musik jenis ketimplung sedangkan Satri memegang alat musik jenis terbang. Ketiga nenek tersebut berkolaborasi untuk menciptakan alunan musik Kentrung.

Suratih menyatakan, kalau patokan harga musik Kentrung yang dimainkan ia dan dua rekannya tersebut kurang lebih Rp2 juta. Namun demikian, terkadang selama satu tahun lebih tidak ada orang satu pun yang mau menanggap musik Kentrung tersebut.

Sehingga, jarang musik itu diminati kalangan masyarakat. ”Kolo-kolo maine (kadang-kadang bermainnya--red),” katanya dalam Bahasa Jawa.

Karena sudah renta, saat bermain musik, ketiga nenek itu dibantu sanak keluarga yang masih muda. Mereka sudah tidak kuat mengangkat alat musik Kentrung yang berat itu, apalagi saat bermain alat itu dengan cara digendong.


Suratih kini tinggal sendiri di rumah lantaran suaminya, Turman, meninggal dunia dua tahun silam. Pasangan ini tak pula dianugerahi keturunan.

Wiji menjelaskan, dulunya Suratih adalah berjualan ikan asin di depan rumahnya. Sesekali Suratih meladeni permintaan warga untuk memainkan paduan musik kentrung.

Paling menyedihkan bagi Suratih adalah, lantaran tidak ada yang mau meneruskan memainkan alat musik kentrung. “Mboten wonten seng gelem nerusake (tidak ada yang mau meneruskan),” kata Wiji.

Kamis, 12 April 2012

Kisah penambang emas tradisional di Timika

       Mentari baru saja bersinar namun kehidupan para pendulang emas tradisonal Timika. Dengan peralatan sederhana seperti alat saring buatan hingga kuali besar.Saat menuju ke tempat pendulangan emas bukan-lah hal yang mudah mereka harus melewati sungai selebar 50 M dan ber arus deras yang harus dilewati oleh para penambang setiap hari, meski cukup dangkal bukan perkara mudah untuk melawati arus yang deras dari sungai itu. Pendulang biasa menyebrang dengan cara berenang menggunakan plastik yang di gelembungkan yang mengapungkan mereka di sungai yang deras tersebut. Semakin siang tidak ada waktu untuk mereka istirahat karena semakin siang semakin sulit untuk mendapat-kan lebih banyak emas. Sungai Tailing di sanalah mereka mencari emas scara tradisonal. Pasir yang di kumpul-kan di dulang dalam kuali besar,jika beruntung serpihan emas akan munculdari balik pasir. Pasir-pasir yang di yakini mengandung emas selanjutnya di saring , pasir yang tersaring akan menempel di bawah alat saring yang telah di lapisi kain. Butir-butir emas yang terkumpul kemudian di bersihkan dengan cara di jemur atau di panaskan.
          Pendulangan emas dari hasil buangan ertambangan emas FREEPORT ini menjadi mata pencaharian rutin bagi warga timika, sebagian pendulang ada yang membangun tenda dan akan bertahan selama se-bulan atau lebih agar bisa mendapatkan hasil yang lebih banyak, para penambang tidak tahu apakah aliran sungai Tailin mengandung bahan kimia atau tidak. Bila sedang beruntung sang Pemburu emas tradisional ini dalam 1 bulan dapat mengumpulkan bulir emas hingga seharga 10 Juta rupiah. Inilah yang membuat mereka bertahan ,menggantungkan hidupnya menjadi pendulang emas di tanah emas mereka Timika,Papua.

Rabu, 11 April 2012

Di manakah Kekayaan Indonesia

Orang bilang tanah kita tanah surga,Tongkat kayu dan batu jadi tanaman.
Penggalan lirik dari Koes Plus itu kenyataan walau kita memakan buah dan bijinya kita buang pasti beberapa bulan atau tahun sudah menjadi pohon. Kekayaan di indonesia sangat melimpah dari emas,minyak,batu bara, dan masih banyak kekayaan lainnya. Tetapi mengapa Rakyat-rakyat di indonesia masih banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan. Apakah mungkin kita sudah terlalu lama dijajah dan terlena atas apa yang di berikan para penjajah kepada kita.
Sampai sekarang-pun Indonesia telah 66 tahun merdeka mereka masih mejajah bangsa ini, para investor beramai-ramai menanam saham mereka dan membangun perusahaan milik mereka sebagai contoh-nya PT. FREEPORT di papua itu salah satu t5ambang Emas terbesar di dunia yang dimilik orang Amerika kalau tidak salah bernama James R. Moffett  dan Indonesia hanya mendapatkan keuntungan 9,36% sisanya di pegang oleh Amerika Serika








tidak sebanding mereka menguras harta milik kita itu(bangsa Indonesia). Sampai kapan kah ini akan berakhir..?? dan di manakah kekayaan di indonesia yang menjadi incaran para pencari kekayaan dari negara luar itu...??