Matahari pagi itu bersinar cerah di Desa Dosan, Kecamatan Pusako,
Kabupaten Siak, Propinsi Riau. Puluhan masyarakat mulai bergerak ke
tempat aktifitas sehari-hari. Ada yang ke ladang, sekolah dan pasar,
termasuk belasan petani sawit. Namun para petani sawit ini tampak
berjalan berbondong-bondong menuju aula yang terdapat di belakang kantor
desa.
Puluhan petani sawit mandiri menghadiri acara pelatihan intensifikasi
perkebunan kelapa sawit mandiri selama lima hari pada minggu ketiga
Juli 2011 lalu. Acara tersebut digelar oleh Perkumpulan Elang, sebuah
lembaga non-pemerintah yang berbasis di Riau.
Para petani Koperasi Bungo Tanjung tersebut antusias mendengarkan
pemaparan para pelatih yang terdiri dari para ahli di bidang perkebunan
sawit dari Universitas Wagenigen, Belanda,maupun dari Direktur
Perkumpulan Elang.
Sejak awal tahun 2011, Elang bersama 1.156 petani sawit mandiri di
Kabupaten Siak telah bersepakat untuk mendorong pengelolaan perkebunan
secara berkelanjutan dan bertanggungjawab serta berkomitmen untuk tetap
menjaga hutan yang tersisa di Desa mereka.
Kerusakan hutan secara masif atau deforestasi di Indonesia menjadi
masalah krusial yang memicu perubahan iklim global. Deforestasi dan
pembukaan gambut merupakan penyumbang 85% emisi karbon Indonesia.
Bersama dengan industry pulp dan kertas, industry kelapa sawit merupakan
salah satu penyebab deforestasi terbesar yang dilangsir oleh Dewan
Nasional Perubahan Iklim (DNPI) di dalam laporannya tahun lalu. Menurut
estimasi DNPI, kedua sector ini akan menyumbang sedikitnya 50% dari
sekitar 28 juta hektar perkiraan deforestasi yang akan terjadi sampai
tahun 2030.
Pada saat korporasi terus melakukan ekspansi, petani sawit mandiri
memilih untuk meningkatkan produktifitas kebun yang telah ada tanpa
harus merusak hutan. Seribu lebih petani sawit yang memiliki 3.500
hektar luas perkebunan sawit mengikrarkan komitmen pengelolaan kebun
secara bertanggungjawab dan berkelanjutan serta melindungi sekitar 740
hektar hutan yang tersisa di wilayah desa mereka.
Komitmen para petani pemilik 3.500 hektar kebun di Siak ini merupakan
salah satu solusi deforestasi yang terus terjadi dan harusnya menjadi
bagian dari skema pembangunan industri sawit Indonesia untuk memenuhi
target peningkatan produksi nasional dan permintaan pasar global.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar