Dalam kondisi kehidupan yang tidak menentu, kian
terasa siapa yang mengendalikan kehidupan di negeri ini. Para petani,
nelayan, buruh dan orang kecil serta miskin selalu dikalahkan oleh
keadaan yang tak berpihak pada nasib kehidupan mereka. Seringkali mereka dijadikan obyek
untuk mendapatkan keuntungan atau dianfaatkan sebatas kepentingan
penguasa, setelahnya mereka kembali bergelut dengan penderitaan dan
keras kehidupan.
Betapa
susah jadi petani di negeri ini. Meski kerapkali dalam pelajaran
geografi dikatakan kita hidup di negeri agraris. Saat musim tanam tiba
petani slau dirundung susah, karena sulit untuk mendapatkan pupuk bagi
tanaman yang merka budidayakan. Ketika musim panen tiba, mereka tidak
juga bahagia, sebab harga jula produkpertaniannya selalu dibeli harga
murah, karena disaingi dengan produk pertanian impor dari negeri
tetangga dan China.
Laporan
terbaru FAO (2010) menempatkan Indonesia sebagai negara produsen
perikanan ketiga terbesar di dunia dengan nilai produksi 5,384 juta
ton. Dalam laporan itu juga disebutkan bahwa China menjadi produsen
teratas (14,8 juta ton), disusul Peru (7,4 juta ton).Tingginya
produk perikanan ini tidak otomatis meningkatkan keaejahteraan para
nelayan, sebab mereka hanya pekerja yang harus menyerahkan
hasiltanggkapan kepada pemilik modal. Peralatan melaut yang sederhana
seringkali mereka mempertaruhkan nyawa dalam melakukan aktivitasnya.
Terbatasnya peralatan melaut tercatat sebanyak 33 jiwa nelayan meninggal dunia di laut akibat cuaca ekstrem di sepanjang Januari–April 2011. menurut Kiara Banyaknya korban jiwa ini adalah buntut dari minusnya representasi negara. Artinya kehadiran negara dan pemimpin tidak banyak memperhatikan keselamatan nelayan dalam menjalani kehidupan di tengah laut.
Kehidupan
perburuhan juga merupakan persoala kusut yang selalu menempatkan buruh
sebagai obyek yang tak bisamenentukan nasibnya sendiri. Mereka selalu
dikuasai para pemilik modal. Mereka yang diberi banyak jam kerja tetapi
dengan upah yang amat terbatas untuk memenuhi kebutuhan hidup. Persoalan
dengan perusahan kerapkali menjadikan buruh sebagai obyek yang selalu
terkalahkan.Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Slamet Sutomo upah buruh masih rendah, hanya sekitar 20% dari seluruh biaya produksi
Peran Pemimpin Negara
Melihat
pada persoalan kehidupan masyarakat, kita bertanya dimana peran
pemimpin negara? Tidak dapat diingkari bahwa para pejabat negara
merupakan jabatan politis, jabatan yang seharusnya beralih sebagai tugas
kenegaraan dan lebih mengutamakan kepada kepentingan rakyat.
Kepentingan untuk memberikan perlindungan, dan meningkatkan
kesejahteraannya.
Tawar-menawar
kepentingan seringkali melupakan kepentingan rakyat kecil. Betapa
banyak anggaran negara kemudian bocor tidak sampai dan tepat sasaran.
Kasus korupsi merupakan sebentuk representasi pejabat negara yang
melakukan pemiskinan secara struktural sehingga mengurangi hak-hak
rakyat yang harus didapatkan.
Tak jauh beda dengan beberapa pimpinan partai politik dan anggota DPR lebih banyak melakukan lipservive, mereka yang mengatasnamakan wakil rakyat tetapi kebijakan-keijakan yang dilahirkan tidak
banyak berpihak kepada rakyat. Gaji dan fasilitas yang diperoleh para
wakil rakyat melebihi dari cukup, sehingga mereka bisa hidup mewah
ditengah kesengsaraan masyarakat yang terjerat kemiskinan. Mereka bagai
pundi-pundi uang yang akanmenumpahkan recehannya menjelang pileg.
Pemimpin yang Kuasa Bukan Penguasa
Ternyata
pemimpin yang kita pilih bukanlah pemimpin tetapi lebih sebagai
penguasa yang menguasai hak-hak yang seharusnya kita dapatkan. Pemimpin
merupakan orang yang lebih melayani, amanah, bisa jadi panutan, memiliki
empati dan memahami apa yang dirasakan rakyat yang dipimpinnya. Sementara penguasa memiliki makna cenderung memerintah dari pada melakukan, dan menguasai mengabaikan hak orang lain.
Orang
semacam Pak Dahlan Iskan –Menteri BUMN- adalah sosok pemimpin yang
dibutuhkan oleh rakyat. Dia adalah orang yang mau melayani bukan minta
dilayani. Pemimpin yang berbaur dengan masyarakat, sehingga paham apa
yang dikeluhkan masyarakat. Pemimpin yang punya kuasa, tetapi tidak lalu
menjadi ”Penguasa”.
TERSENYUMLAH SAUDARAKU, JANGAN SAMPAI MENETESKAN AIR MATA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar